Thursday 16 October 2014

Indonesian Corporations and little Secreatly


KORPORASI MEDIA MASSA YANG ADA DI INDONESIA


Banyak masyarakat Indonesia yang bergantung dengan media massa untuk hanya mencari sebuah hiburan ataupun untuk memenuhi kebutuhanya. Dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan jasa media massa. Untuk sebagian pebisnis, dalam pandangan mereka itu merupakan salah satu peluang untuk meraup keuntungan yang menjanjikan. Maka tak heran dengan selalu bertambahnya media massa di Indonesia, dalam percetakan, pertelevisian ataupun radio. Dalam bidang pertelevisian, selain TVRI sebagai stasiun pertama yang berdiri di Indonesia yaitu pada tanggal 24 Agustus 196. terdapat 11 (sebelas) stasiun televisi lainya, Sebelas televisi ini ternyata dikuasai beberapa grup pemilik seperti MNC yang menguasai MNC (tadinya TPI), Metro TV, Global TV dan RCTI. Transcorp/Grup Para menguasai Trans TV dan Trans 7, kemudian Bakrie Group menguasai ANTV dan TV One , SCTV dan IVM (Indosiar Visual Mandiri) dikuasai kelompok yang sama, disamping TVRI serta Space Toon yang punya ijin siaran nasional, namun saham kepemilikan space toon kini telah di beli oleh perusahaan swasta dan berganti nama menjadi NET. 





Di samping itu kini telah beroperasi 7 televisi berlangganan satelit, 6 televisi berlangganan terrestrial, dan 17 televisi berlangganan kabel. Seperti tidak mau kalah dengan pertelevisian, radiopun mengalami kemajuan walaupun tidak sepesat televisi. Hingga akhir tahun 2002, terdapat 1188 Stasiun Siaran Radio di Indonesia. Jumlah itu terdiri atas 56 stasiun RRI dan 1132 buah Stasiun Radio Swasta. Perkembangan industri dan bisnis penyiaran juga telah mendorong tumbuh pesatnya bisnis rumah produksi (Production House/PH). Sebelum krisis ekonomi, tercatat ada 298 buah perusahaan PH yang beroperasi di mana sekitar 80% di antaranya berada di Jakarta. Pada saat krisis, khususnya antara tahun 1997-1999, jumlah PH yang beroperasi menurun drastis sampai sekitar 60%. Pada tahun 2003, bisnis PH secara perlahan kembali bangkit yang antara lain didorong oleh peningkatan jumlah televisi swasta. 




Kebutuhan TV swasta akan berbagai acara siaran, mulai acara hiburan sampai acara informasi dan pendidikan, banyak diproduksi oleh PH local. dalam bisnis media penerbitan, khususnya surat kabar dan majalah, juga mengalami peningkatan khususnya dalam hal kuantitas. Pada tahun 2000, menurut laporan MASINDO, terdapat 358 media penerbitan. Jumlah tersebut terdiri atas 104 surat kabar, 115 tabloid, dan 139 majalah. Hal menarik dalam penerbitan media massa cetak ini adalah semakin beragamnya pelayanan isi yang disesuaikan dengan karakteristik kebutuhan segmen khalayak pembacanya.


Unsur Persaingan Bisnis Media Massa
Tidak bisa di pungkiri bahwa penduduk Indonesia yang sekitar 230 juta jiwa itu tidak hanya menjadi rebutan bagi para investor asing  ,tetapi njuga menjadi arena persaingan ketat dari berbagai konglomerasi patungan lokal dengan investor internasional. Khususnya dalam arena politik,persaingan teresebut semakin ketat menjelang pesta demokrasi tahun 2014 ,selain persaingan serupa yang juga dilakukan oleh berbagai kapitalis asing sebagai salah saatu faktor krisis  ekonomi AS dan krisis  zona Euro  yang melanda Eropa.




Sebagai pendorongnya lembaga pemeringkatan Fitch telah memberikan status  BBB minus bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia,sebagai pertanda perekonomian negeri ini yang relatif lebih baik dari keadaan sebelumnya .Dan hal itu  di perkuat lagi oleh lembaga keuangan internasional,bahwa tingkat pertumbuhan perekonomian Indonesia tahun 2012 sekitar 6 persen ,yang merupakan suatu pertumbuhan yang sangat sulit diraih oleh negara-negara zona Euro sekarang ini.Dalam konteks ini,maka berbagai kapitalis asing akan memindahkan modalnya ke Indonesia,sesuatu yang dianggap posistif oleh Hatta Raajasa.

Oleh sebab itu para kapitalis new Liberal itu sangat membutuhkan sebuah rejim yang bisa melindungi semua kepentingan mereka,karenanya para kapitalis tersebut  perlu jaminan dari pemerintah yang stabil agar tetap bisa mempertahankan”staus quo”.Kelihatannya pemerintahan  dibawah pimpinan SBY ini sangat cocock bagi mereka untuk mengekploitasi berbagai sumber daya alam Indonesia yang kaya raya ini.

Sekiranya kedepan Indonesia tidak lagi di kuasai oleh rejim yang bisa memberikan berbagai fasilitas istimewa kepada mereka ,maka proses eksplorasi dan eksploitasi berbagai sumber daya alam Indonesia tentu saja akan terganggu .Dalam konteks inilah para konglomerasi senantiasa memperkuat dirinya dalam suatu kolaborasi supaya sekiranyapun rejim kedepan berubah namun tetap bisa menjamin berbagai kepentingan mereka ,karenanya mereka perlu mengambil langkah-langkah yang strategis dengan menguasai media massa sekaligus telah menguasai persepsi rakyat ,sehingga terpola sesuai dengan kepentingan ekonomi dan juga politiknya.Melalui media yang mereka kuasai tersebut dengan relatif mudah mereka bisa mengontrol dan mensettinisasi pola pikir rakyat, untuk merealisaikan segala tujuannya.

Untuk itu mereka coba mengambil langkah-langkah yang sangat strategis  dengan menguasai  media massa,bnaik media cetak maupun media elektronika sebagai sarana penting untuk merekayasa opini bangsa Indonesia agar sesuai dengan kepentingan mereka sendiri.Makanya sekarang para pemodal kuat berlomba-lomba untuk menggenggam dan menguasai berbagai media massa lokal maupun nasional sebagai langkah awal bagi proses merebut  persepsi dan kebijakan publik bangsa Indonesia.

Oleh sebab itu jangan heran sekiranya bangsa Indonesia yang tiap saat melahap berbagai informasi dari media cetak dan elektronika dari  berbagai acara yang  disaajikan kepada publik tersebut terkesan seragam dalam berbagai aspeknya,karena memang  media massa tersebut hanya dikuasai oleh tangan-tangan gurita yang hanya hanya mementingan keuntungan bisnis belaka.Dan jikapun media massa itu seakan menjadi corong atau juru bicara seseorang politisi yang reformis,tidak lain hanya sekadar pemanis bibir semata dalam kontek merebut hati rakyat untuk berkuasa atau supaya diperhatikan oleh penguasa supaya solusi-solusi yang dikeluarkan pemerintah tidak  akan merugikan segala kepentingannya.

Di Indonesia sekarang terdapat tangan gurita yang menguasai media massa ,misalnya sebut saja TV One,An TV,Viva News yang dikuasai Bakrie Group  pimpinan Abu rizal Bakrie yang juga Ketua Umum Partai Golkar. Lalu kemudian kelompok Media Gropu pimpinan Surya Paloh ,petinggi Nasdem .Kleompok ini juga memiliki jaringan medianya yang kuat seperti Metro TV,Media Indonesia,yang berkolaborasi dengan pemilik jaringan media lainnya Herry Tanusudibyo.Disamping Surya Paloh .Herry Tanusudibnyo yang memiliki media massa ,seperti RCTI,Global TV,Sindo TV,Koran Sindo,MNC TV,Trsut,MNC Radio .Mereka juga berkolaborasi dengan kapitalisme Zionis Israel,Haim Saban pemilik peruhaan Saban Capital Group Inc yang merupakan salah seorang tim sukses Bill Clinton yang akrab juga dengan politisi Tel Aviv,tempat kelahirannya itu.Pengusaha Israel itu memiliki 5 persen sahamnya di MNC  milik konglomerat Herry Tanusudibyo .

Kemudian Chairul Tanjung juga sekarang merupakan pemilik Trans TV,Trans 7 ,Detik .com  yang oleh PKS sudah dical;onkan sebagai kandiodat capres tahun 2014 bersama Joko Suyanto ynag akan bersaiang ketat dengan Ical dan Surya paloh.Sedangkan kelompok media lainnya  yang pernah di komandani oleh Dahlan Iskan bisa dipastikan akan berada dibelakang partai penguasa sekarang,Demokrat.Dan posisi mantan ketua PWI dan PLN ini semakin penting peranannya kedepan ketika SBY tidak bisa berkuasa lagi karena konstitusi  dan tidak diperlukan  lagi oleh rakyat Indonesia.



Berdasarkan fenomena tersebut,maka bangsa Indonesia kelihatannya masih sulit keluar dari keterpurukan dalam berbagai aspek sosial kehidupannya.Karena merekapun tidak jauh bedanya dari apa yang terdapat di Senayan dan juga Istana negara itu,sebab mereka semuanya para pengusaha bukan negarawan apalagi sebagi pemimpin yang adil sekiranya kedepan masioh ada juga rakyat Indonedsia mendukungnya.Sebagai seorang pengusaha yang ingin berkuasa,hanya untuk melindungi perusahaannya bukan demi kesejateraan bangsa.Para penguasaha lebih suka mengekport barabngnya keluar negeri,supaya bisa menaikkan harganya di dalam negerinya sendiri.  Hal ini sudah terjadi sekarang,mereka lebih suka mengimpor beras daripada membangun irigasi supay bisa swasembada pangan.




Para penguasa lebih suka mengimpor gula,daripada mendorong petani tebu untuk menanami tebu sesuai mekanisme pertanian modern supaya produksi dalam negeri bisa meningkat.Konglomerasi lebih suka mengekport kelapa sawit keluar negeri daripada menmasarkan minyak goreng kepasar domistik .Dan untuk bisa mengontrol berbagai harga sembako  ,mereka tidak sungkan jika perlu menimbunnya dahulu biarpun sembakonya langka di masyarakat.Jika masyarakat hendak melancarkan kritikannya melalui media massa tentunya tidak banyak faedahnya,karena yang dikritik justeru para pemilik media itu sendiri yang dengan sanagat mudah untuk mematahkannya.





No comments:

Post a Comment